Jumat, 09 September 2016

Desain pada Tekstil Nusantara

Kualitas sebagian besar ditentukan melalui bahan-bahan, rancangan dan pembuatan, ini ditegaskan oleh kecocokannya dalam tujuan yang diukur oleh karakteristik penampilan. Sebagai tambahan, ada kepuasan estetis yang datang dari penggunaan kain berkualitas. Apresiasi terhadap kualitas harus dikaitkan dengan perasaan untuk mode. Industri-industri tekstil dan pakaian secara berkala berusaha untuk meningkatkan produk mereka dengan mempertinggi daya tarik dan mode.
Mempertinggi daya tarik penampilan dalam teksstil dilakukan dengan mempertimbangkan aspek perancangan produk tekstil misalnya kandungan serat,konstruksi/struktur kain, warna, aplikasi desain permukaan,penyempurnaan dan bagian pelengkap. Perancangan dapat difokuskan pada salah satu atau beberapa aspek sehingga dapat menciptakan pusat perhatian. Menciptakan sebuah pusat perhatian dengan mempertimbangkan warna, bentuk motif, aplikasi desain dan menyempurakan dengan bagian pelengkapnya memerlukan rasa dan ketekunan. Rasa dan ketekunan tersebut juga dituangkan dalam ragam hias yang bermakna seperti pada tekstil tradisi. Di dalam pasar tekstil mudah dijumpai kualitas tekstil yang dinilai dari tampilan visual sebuah produk tekstil. Terutama dalam produk tekstil inovasi.
Kualitas yang dinilai dari tampilan visual suatu produk serta kurangnya pengetahuan konsumen mengenai kualitas produk tekstil menjadikan tekstil tradisi menjadi kurang diminati.
Makalah ini membahas tentang karya dan produk tekstil tradisi misalnya, Tenun Ikat, Ikat Celup dan Batik Tradisi. Teknik pembuatan teksti tradisi  tidak dapat dibuat dengan cara lain sehingga mempunyai karakter yang khas dari masing-masing jenis dan daerah. Hal ini menyebabkan produk tekstil tradisi memiliki kualitas yang bebeda dari produk inovasi. 

Karya tekstil tradisi kurang diapresiasi oleh konsumen. Kalangan yang justru menghargai tekstil tradisi adalah orang-orang yang menghargai kebudayaan misalnya para bangsawan, kalangan akademisi dan kalangan profesional  yang menlihat sebuah karya tidak hanya ternilai dari tampilan visualnya tetapi juga tampilann tekstil yang dibuat dengan teknik yang tidak mudah. Produk dan karya tekstil tidak hanya dinilai dari tampilan visualnya saja namun juga proses pembuatan dan makna filosofi dari ragam hiasnya.
Desain tekstil mempengaruhi ragam hias, fungsi, dan makna dari sebuah karya tekstil. Desain tekstil dapat dibedakan menjadi 2 jenis bagian:

1.    Desain Permukaan (Surface Design)
Desain permukaan merupakan menciptakan, merancang, dan membuat sesuatu bentuk motif yang berbentuk dua dimensi diatas permukaan kain. Desain permukaan umumnya diproses pada kain yang bewarna putih polos dengan menggoreskan berbagai macam motif dan warna sehingga kain tersebut memiliki keindahan, keunikan, dan kekhasan tersendiri. Bentuk wujud dari desain permukaan, antara lain: Batik tulis, Batik cap, sablon, hand painting, sulaman bordir, dan lain sebagainya.

2.    Desain Struktur (Structural Design)
Desain struktur merupakan merancang atau menciptakan sesuatu bentuk corak yang dihasilkan melalui persilangan dan perpaduan benang pakan dan lungsi dengan menerapkan prinsip-prinsip desain. Sehingga corak tersebut tercipta oleh karena kesatuan benang pakan dan lungsi yang disusun secara terstruktur dan sistematis. Sebelum proses tenun dilakukan biasanya benang pakan ataupun lungsi telah diberi warna, sehingga dari susunan benang yang bewarna tersebut dapat menghasilkan bentuk-bentuk corak yang diinginkan oleh konsumen ataupun pengrajin. Produk-produk yang telah dihasilkan melalui proses desain struktur, antaralain: Tenun songket, rajutan, anyaman, dan lain sebagainya.
 

A.    Desain Permukaan pada Batik
Pada batik penerapan desain untuk ragam hiasnya adalah desain permukaan dimana proses pembuatan batik dilakukan setelah menjadi kain. Tekstil tradisi dibuat dengan rasa dan ketekunan yang dituangkan dalam ragam hias yang bermakna. Misalnya pada batik terdapat motif- motif batik tradisi yang memiliki makna filosofi. Batik-batik yang memiliki makna tersebut misalnya motif sawat motif batik yang berupa sebelah sayap dengan harapan agar si pemakai selalu mendapatkan perlindungan didalam kehidupannya. Motif ceplok merupakan motif yang digunakan bagi seseorang sedang mencari jodoh. Motif truntum biasa dipakai oleh orang tua pengantin dengan harapan agar cinta kasih yang tumaruntum akan menghinggapi kedua mempelai. Hal tersebut membuktikan bahwa penampilan tekstil dalam masyarakat Jawa sangat dibutuhkan sebagai salahsatu bagian hidup bersosial dan berbudaya. 
Dalam kalangan masyarakat yang masih lekat dengan kebudayaan seperti di Jawa sangat membutuhkan batik sebagai tekstil tradisi. Batik dalam kebudayaan jawa dibutuhkan untuk upacara bahkan kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam upacara pernikahan pengantin mengenakan busana basahan dengan dodot/jarit, kain cinde (berbentuk celana untuk laki-laki dan kain jarit untuk perempuan).
Dahulu hanya para selir dan putri keraton yang membatik untuk kalangan penghuni kraton. namun semakin banyaknya kebutuhan untuk para penghuni kraton menyebabkan pembuatan batik diluar kraton mulai dilakukan.  Pembatikan diluar kraton membuat ragam hias yang dibuat dari kraton mulai diminati masyarakat diluar kraton, sehingga pembuatan batik inovasi yang terpengaruh gaya kraton pun mulai banyak diproduksi.
Teknik pembuatan ragam hias batik menerapkan desain permukaan karena teknik pembuatan motif dilakukan pada kain jadi dan menggunakan perintang malam sehingga garis ragam hias yang dihasilkan berkarakter lembut. Namun dikerjakan dengan tangan sehingga memiliki kesan karya. Motif  batik yang dihasilkan dengan menggoreskan malam dengan canthing tidak dapat disamai oleh tekstildengan teknik lain. Oleh karena itu kualitas produk tekstil ternilai dari makna tampilan visual batik dan hasil teknik yang tidak dapat disamai dengan teknik lain.

Desain Permukaan pada Tenun Ikat
Kalangan akademisi mengkaji dan meneliti berbagai tekstil dari berbagai disiplin ilmu. Kalangan akademisi dapat menilai dan mengapresiasi sebuah karya tekstil dengan pengetahuan yang dimiliki. Tekstil tradisi dibuat dengan ketekunan dan  nilai filosofi yang kuat pada ragam hiasnya. Misalnya pada tenun Ulos yang dibuat dengan memberi ragam hias pada tekstil dengan mengikat benang pakan atau lusi atau keduanya kemudian memberi warna sehingga sewaktu ditenun akan memunculkan sebuah motif dari susunan benang yang telah diberi warna. Tekstil ini menerapkan surface design (desain permukaan) karena ragam hias yang muncul terjadi karena warna pada benang yang ditenun dan bukan karena struktur tenunannya. Meskipun telah ditenun dan membentuk sebuah motif  Tenun ikat memiliki ciri visual mempunyai lajur-lajur warna benang yang tidak teratur. Oleh karena itu tekstil tenun ikat mempunyai satu ciri khas yang tidak dapat disamai oleh tekstil dengan pemalaman atau ikat celup.
Pembuatan tenun ikat memiliki tingkat kerumitan dan kesulitan yang tinggi. Tenun ikat Gringsing dari Bali merupakan tenun dobel ikat dimana tidak hanya benang akan atau lungsi saja yang diikat namun benang pakan dan benang lungsi diikat dan diberi warna. Sehingga untuk membentuk sebuah motif  benang pakan dan benang lungsi berwarna  yang ditenun harus bisa menempati tempat yang sama. Tenun dobel ikat ini memiliki tingkat kerumitan lebih tinggi daripada tenun ikat pakan atau tenun ikat lusi saja.
Oleh karena itu suatu produk tekstil ternilai dari tampilan visual yang tidak dapat disamai dengan teknik lain.
B.     Desain Struktur (Structural Design)
Bahan dasar ulos pada umumnya adalah sama yaitu sejenis benang yang dipintal dari kapas. Yang membedakan sebuah ulos adalah proses pembuatannya. Ini merupakan ukuran penentuan nilai sebuah ulos.
Untuk memberi warna dasar benang ulos, sejenis tumbuhan nila (salaon) dimasukkan kedalam sebuah periuk tanah yang telah diisi air. Tumbuhan ini direndam (digon-gon) berhari-hari hingga getahnya keluar, lalu diperas dan ampasnya dibuang. Hasilnya ialah cairan berwarna hitam kebiru-biruan yang disebut “itom”.
Periuk tanah (palabuan) diisi dengan air hujan yang tertampung pada lekuk batu (aek ni nanturge) dicampur dengan air kapur secukupnya. Kemudian cairan yang berwarna hitam kebiru-biruan tadi dimasukkan, lalu diaduk hingga larut. Ini disebut “manggaru”. Kedalaman cairan inilah benang dicelupkan.
Sebelum dicelupkan, benang terlebih dahulu dililit dengan benang lain pada bahagian-bahagian tertentu menurut warna yang diingini, setelah itu proses pencelupan dimulai secara berulang-ulang. Proses ini memakan waktu yang sangat lama bahkan berbulan-bulan dan ada kalahnya ada yang sampai bertahun.
Setelah warna yang diharapkan tercapai, benang tadi kemudian disepuh dengan air lumpur yang dicampur dengan air abu, lalu dimasak hingga mendidih sampai benang tadi kelihatan mengkilat. Ini disebut “mar-sigira”. Biasanya dilakukan pada waktu pagi ditepi kali atau dipinggiran sungai/danau.
Bilamana warna yang diharapkan sudah cukup matang, lilitan benang kemudian dibuka untuk “diunggas” agar benang menjadi kuat. Benang direndam kedalam periuk yang berisi nasi hingga meresap keseluruh benang. Selesai diunggas, benang dikeringkan.

Benang yang sudah kering digulung (dihulhul) setiap jenis warna.
Setelah benang sudah lengkap dalam gulungan setiap jenis warna yang dibutuhkan pekerjaan selanjutnya adalah “mangani”. Benang yang sudah selesai diani inilah yang kemudian masuk proses penenunan.
Bila kita memperhatikan ulos Batak secara teliti, akan kelihatan bahwa cara pembuatannya yang tergolong primitif bernilai seni yang sangat tinggi.


Seperti telah diutarakan diatas, ulos Batak mempunyai bahan baku yang sama. Yang membedakan adalah poses pembuatannya mempunyai tingkatan tertentu. Misalnya bagi anak dara, yang sedang belajar bertenun hanya diperkenankan membuat ulos “parompa” ini disebut “mallage” (ulos yang dipakai untuk menggendong anak).

Tingkatan ini diukur dari jumlah lidi yang dipakai untuk memberi warna motif yang diinginkan. Tingkatan yang tinggi ialah bila dia telah mampu mempergunakan tujuh buah lidi atau disebut “marsipitu lili”. Yang bersangkutan telah dianggap cukup mampu bertenun segala jenis ulos Batak.

0 komentar:

Posting Komentar