Makna Corak Lurik
Bismillah
Assalamualaikum Wr. Wb.
Sebagaimana kain-kain lain di nusantara, kain lurik juga sarat akan makna.
Lurik tak dapat dipisahkan dengan kepercayaan dan ikut menringi berbagai
upacara agama, ritual, dan adat sepanjang daur kehidupan manusia. Filosofi dan
makna sehelai kain lurik biasanya tercermin dalam motif dan warna lurik. Ada
corak-corak yang dianggap sakral yang memberi tuah, ada yang memberi nasehat,
petunjuk dan harapan. Semuanya tercermin dalam corak ragam hias. Daur kehidupan
manusia mulai dari lahir sampai meninggal diibaratkan dengan putaran empat
penjuru yang bergerak dari Timur ke Selatan melalui Barat menuju ke Utara.
Keempat penjuru mata angin ini dalam istilah Jawa disebut dengan istilah
macapat. Setiap mata angin ini dilambangkan dengan simbol-simbol warna. Lurik
juga tidak lepas dari berbagai legenda yang tumbuh dan berkembang secara turun
temurun dalam kelompok masyarakat.misalnya, kain poleng dipercaya dapat menolak
bala (bangum tolak). Berbagai unsur seperti warna, motif, dan kepercayaan yang
menyertai lurik membuat nilai sebuah lurik menjadi tinggi. Penggunaan lurik
Solo dan Yogyakarta yang dipakai dalam penyelenggaraan upacara tertentu
berbeda-beda maknanya tergantung maksud dan tujuan upacara yang
diselenggarakan. Walaupun kain lurik terdiri dari garis-garis dan kotak-kotak
namun banyak mengandung makna yang menarik. Hal ini disebabkan oleh makna
tradisi serta adat kepercayaan bagi orang Jawa baik dikalangan bangsawan maupun
rakyat. Kain tenun bercorak garis-garis ini dipercaya memiliki kekuatan magis
yang melindungi. Pada pemakaian kain lurik berbagai coraknya berkaitan dengan
sifat upacara, kedudukan sosial, serta keadaan seseorang (mis. Wanita, tua,
muda, pria, perawan, perjaka, atau sudah menikah). Ada beberapa corak yang
mempunyai perlambangan sekumpulan harapan. Corak yang amat sakral dan mempunyai
tuah serta sangat memegang peranan dalam berbagai upacara antara lain:
Corak Kluwung
Corak kluwung adalah pelangi. Pelangi merupakan keajaiban alam serta tanda
kebesaran Tuhan Sang Pencipta. Oleh sebab itu lurik Kluwung dianggap sakral
serta mempunyai tuah untuk tolak bala. Secara simbolis corak Kluwung dilukiskan
dengan garis-garis lebar beraneka warna bagaikan pelangi. Corak ini digunakan
untuk berbagai upacara sakral dalam daur kehidupan manusia, antara lain:
·
Mitoni
Digunakan dalam
upacara dengan harapan anak yang dikandung terlahir selamat dan terhindar dari
bala maut
·
Upacara
labuhan
Upacara labuhan
dilakukan kerabat keraton yang mempunyai harapan untuk memperoleh keselamatan
·
Upacara
pernikahan
Lurik biasanya diletakan
dibawah bantal penganten dengan harapan kedua mempelai mencapai keselamatan dan
kebahagiaan dalam berumah tangga seperti pesona warna pelangi.
Corak Tuluh Watu
Tuluh Watu berarti batu yang bersinar dan dianggap bertuah sebagai penolak
bala. Corak ini dapat dipergunakan pada upacara ruwatan sukerta dan sebagai
pelengkap sesajen upacara labuhan. Tuluh dapat berarti pula kuat atau perkasa.
Corak Tuluh Watu termasuk sakral yang dahulu hanya boleh dipakai oleh orang
tertentu yang berkepribadian kuat dan berbudi luhur. Di pedesaan kaum wanita
pedagang memakai corak ini sebagai selendang untuk membawa barang dalam tugas
sehari-hari karena dipercaya mempunyai kekuatan selain kekuatan tenunnya yang
kuat
.Corak Tumbar Pecah
Corak Tumbar Pecah diibaratkan orang memecah ketumbar dan seharum aroma
ketumbar. Corak ini digunakan untuk upacara tingkeban atau mitoni dengan maksud
agar kelahiran berjalan dengan lancar semudah orang memecah ketumbar, ibu dan
anak dalam keadaan selamat serta anak menjadi anak yang berguna dan harum
namanya. Corak lompatan-lompatan artinya terlewat kan dari bahaya maut. Corak
lompatan-lompatan biasanya digunakan sebagai kemben dalam upacara mitoni. Untuk
upacara mitoni biasanya dililitkan stagen bangun tolak sebagai pengikat kain
panjang dan kemben pada perut ibu yang hamil sebagai penolak bala.
Corak Telupat
Corak Telupat berasal dari bahasa
Jawa, telu artinya 3 dan papat artinya 4 adalah corak lajuran yang berjumlah 7
terdiri dari satu satuan kelompok dengan empat lajur dan satu lagi dengan
jumlah tiga lajur. Angka 7 merupakan angka keramat yang dalam kepercayaan Jawa
melambangkan kehidupan dan kemakmuran yang artinya merupakan Pitulung
(pertolongan) dari Yang Maha Kuasa. Corak ini diciptakan oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono I.
Corak Sapit Urang
Corak Sapit Urang yang berarti jepit udang adalah ungkapan simbolis suatu
siasat perang, yaitu musuh dikelilingi atau dikepung dari samping dan kekuatan,
komando menyerang berada ditengah-tengah. Corak ini dipakai sebagai busana
Prajurit Kraton.
Corak Udan Liris
Corak Udan Liris artinya hujan gerimis. Hujan mengandung konootasi
mendatangkan kesuburan, maka coak ini melambangkan kesuburan dan kesejahteraan.
Corak udan liris merupakan salah satu corak yang dipakai penguasa dengan
harapan si pemakai diberkati oleh Yang Maha Kuasa dan membawa kesejahteraan
bagi para pengikutnya. Selain corak tersebut masih ada beberapa corak yaitu,
corak Mantri Anom, corak Prajurit Ketanggung, corak prajurit Mantri Jeron.
Semua corak ini yang biasa dipakai untuk pakaian Surjan para prajurit Kraton
Yogyakarta dalam tugas sehari-hari di Kraton.
Semoga
Bermanfaat...
0 komentar:
Posting Komentar