Jumat, 16 September 2016

Makna Corak Lurik

Makna Corak Lurik
Bismillah
Assalamualaikum Wr. Wb.
Sebagaimana kain-kain lain di nusantara, kain lurik juga sarat akan makna. Lurik tak dapat dipisahkan dengan kepercayaan dan ikut menringi berbagai upacara agama, ritual, dan adat sepanjang daur kehidupan manusia. Filosofi dan makna sehelai kain lurik biasanya tercermin dalam motif dan warna lurik. Ada corak-corak yang dianggap sakral yang memberi tuah, ada yang memberi nasehat, petunjuk dan harapan. Semuanya tercermin dalam corak ragam hias. Daur kehidupan manusia mulai dari lahir sampai meninggal diibaratkan dengan putaran empat penjuru yang bergerak dari Timur ke Selatan melalui Barat menuju ke Utara. Keempat penjuru mata angin ini dalam istilah Jawa disebut dengan istilah macapat. Setiap mata angin ini dilambangkan dengan simbol-simbol warna. Lurik juga tidak lepas dari berbagai legenda yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun dalam kelompok masyarakat.misalnya, kain poleng dipercaya dapat menolak bala (bangum tolak). Berbagai unsur seperti warna, motif, dan kepercayaan yang menyertai lurik membuat nilai sebuah lurik menjadi tinggi. Penggunaan lurik Solo dan Yogyakarta yang dipakai dalam penyelenggaraan upacara tertentu berbeda-beda maknanya tergantung maksud dan tujuan upacara yang diselenggarakan. Walaupun kain lurik terdiri dari garis-garis dan kotak-kotak namun banyak mengandung makna yang menarik. Hal ini disebabkan oleh makna tradisi serta adat kepercayaan bagi orang Jawa baik dikalangan bangsawan maupun rakyat. Kain tenun bercorak garis-garis ini dipercaya memiliki kekuatan magis yang melindungi. Pada pemakaian kain lurik berbagai coraknya berkaitan dengan sifat upacara, kedudukan sosial, serta keadaan seseorang (mis. Wanita, tua, muda, pria, perawan, perjaka, atau sudah menikah). Ada beberapa corak yang mempunyai perlambangan sekumpulan harapan. Corak yang amat sakral dan mempunyai tuah serta sangat memegang peranan dalam berbagai upacara antara lain:

Corak Kluwung
Corak kluwung adalah pelangi. Pelangi merupakan keajaiban alam serta tanda kebesaran Tuhan Sang Pencipta. Oleh sebab itu lurik Kluwung dianggap sakral serta mempunyai tuah untuk tolak bala. Secara simbolis corak Kluwung dilukiskan dengan garis-garis lebar beraneka warna bagaikan pelangi. Corak ini digunakan untuk berbagai upacara sakral dalam daur kehidupan manusia, antara lain:
·         Mitoni
Digunakan dalam upacara dengan harapan anak yang dikandung terlahir selamat dan terhindar dari bala maut
·         Upacara labuhan
Upacara labuhan dilakukan kerabat keraton yang mempunyai harapan untuk memperoleh keselamatan
·         Upacara pernikahan
Lurik biasanya diletakan dibawah bantal penganten dengan harapan kedua mempelai mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam berumah tangga seperti pesona warna pelangi.

Corak Tuluh Watu
Tuluh Watu berarti batu yang bersinar dan dianggap bertuah sebagai penolak bala. Corak ini dapat dipergunakan pada upacara ruwatan sukerta dan sebagai pelengkap sesajen upacara labuhan. Tuluh dapat berarti pula kuat atau perkasa. Corak Tuluh Watu termasuk sakral yang dahulu hanya boleh dipakai oleh orang tertentu yang berkepribadian kuat dan berbudi luhur. Di pedesaan kaum wanita pedagang memakai corak ini sebagai selendang untuk membawa barang dalam tugas sehari-hari karena dipercaya mempunyai kekuatan selain kekuatan tenunnya yang kuat
.Corak Tumbar Pecah
Corak Tumbar Pecah diibaratkan orang memecah ketumbar dan seharum aroma ketumbar. Corak ini digunakan untuk upacara tingkeban atau mitoni dengan maksud agar kelahiran berjalan dengan lancar semudah orang memecah ketumbar, ibu dan anak dalam keadaan selamat serta anak menjadi anak yang berguna dan harum namanya. Corak lompatan-lompatan artinya terlewat kan dari bahaya maut. Corak lompatan-lompatan biasanya digunakan sebagai kemben dalam upacara mitoni. Untuk upacara mitoni biasanya dililitkan stagen bangun tolak sebagai pengikat kain panjang dan kemben pada perut ibu yang hamil sebagai penolak bala.
Corak Telupat
Corak Telupat  berasal dari bahasa Jawa, telu artinya 3 dan papat artinya 4 adalah corak lajuran yang berjumlah 7 terdiri dari satu satuan kelompok dengan empat lajur dan satu lagi dengan jumlah tiga lajur. Angka 7 merupakan angka keramat yang dalam kepercayaan Jawa melambangkan kehidupan dan kemakmuran yang artinya merupakan Pitulung (pertolongan) dari Yang Maha Kuasa. Corak ini diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Corak Sapit Urang
Corak Sapit Urang yang berarti jepit udang adalah ungkapan simbolis suatu siasat perang, yaitu musuh dikelilingi atau dikepung dari samping dan kekuatan, komando menyerang berada ditengah-tengah. Corak ini dipakai sebagai busana Prajurit Kraton.
Corak Udan Liris
Corak Udan Liris artinya hujan gerimis. Hujan mengandung konootasi mendatangkan kesuburan, maka coak ini melambangkan kesuburan dan kesejahteraan. Corak udan liris merupakan salah satu corak yang dipakai penguasa dengan harapan si pemakai diberkati oleh Yang Maha Kuasa dan membawa kesejahteraan bagi para pengikutnya. Selain corak tersebut masih ada beberapa corak yaitu, corak Mantri Anom, corak Prajurit Ketanggung, corak prajurit Mantri Jeron. Semua corak ini yang biasa dipakai untuk pakaian Surjan para prajurit Kraton Yogyakarta dalam tugas sehari-hari di Kraton.

Semoga Bermanfaat...


0 komentar:

Posting Komentar